“Apa?” Narita sontak kaget mendengar apa yang baru saja di dengarnya, “Kamu salah liat kali, Sel!” lanjutnya.
“Engga, Ta! Percaya deh sama aku,” Selia mencoba meyakinkan sahabatnya itu, “aku liat dengan mata kepalaku sendiri… Endri berduaan sama Niko di taman belakang, mesra-mesraan, pegangan tangan pula!”
Narita hanya terdiam, ia tahu betul siapa Selia. Selia tidak akan mungkin berkata bohong kalau sudah berbicara dengan nada serius dan meyakinkan seperti tadi. Narita langsung meninggalkan Selia dan menuju kelas Endri.
“Engga, Ta! Percaya deh sama aku,” Selia mencoba meyakinkan sahabatnya itu, “aku liat dengan mata kepalaku sendiri… Endri berduaan sama Niko di taman belakang, mesra-mesraan, pegangan tangan pula!”
Narita hanya terdiam, ia tahu betul siapa Selia. Selia tidak akan mungkin berkata bohong kalau sudah berbicara dengan nada serius dan meyakinkan seperti tadi. Narita langsung meninggalkan Selia dan menuju kelas Endri.
Di depan kelas Endri, mata Narita mulai mencari-cari, tapi tidak di dapatkannya sosok yang bernama Endri. Selia yang sedari tadi mengikuti Narita, hanya terbingung-bingung.
"Endri," jawabnya singkat. Selia hanya terbengong-bengong dengan mulut yang terbuka lebar.
Sekarang Narita menuju ke taman belakang.
Niko?
Narita langsung membalikkan tubuhnya, memandang Selia dengan penuh ketidak yakinan. Ia langsung menarik lengan Selia untuk pergi dari tempat tersebut.
Selia mengusap pundak Narita, “Sabar ya, Nar! Aku tau kamu belum percaya sepenuhnya. Tapi aku yakin kalo kamu bakalan ngerti!"
----
“Narita!” panggil Endri sambil berlari kecil menghampiri seseorang yang ia maksud.Narita menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya, “Endri.”
"Umm.. pulang bareng gue yuk!” ajaknya.
Narita berpikir sejenak untuk mengiyakan atau menolak ajakan Endri. tersebut. Hendak ingin menjawab ajakannya itu, tiba-tiba seseorang yang tidak di inginkan datang menghampiri mereka.
“Hey, Ndri!” Niko menepuk pundak Endri, “eh, ada Narita juga.”
“Kita? Kita siapa?” tanya Narita bingung.
“Eh, maksud gue, gue sama Endri doang!” ujar Niko.
“Oh,” jawab Narita singkat.
“Gimana yaa? Tapi….” ucapan endri terpotong.
“Udah deh gak usah pake tapi-tapian!” potong Niko, “besok tuh tugas harus dikumpul tau!”
"Tapi gue….”
Niko langsung menarik lengan Endri. “Duluan ya, Nar! Bye.”
Ugh! Padahalkan baru aja gue mau pulang bareng sama Endri. Jadi batal kan gara-gara si Niko itu. Mana aku langsung di tinggal gitu aja lagi. nyebelin ih! Udahlah, Nar, lupain aja deh si Endri Endri itu! Masih banyak yang lain, gak mesti Endri! Udahlah gak usah ngarep yang lebih dari dia. Belum tentu Endrinya nyimpen perasaan juga ke kamu! Menjengkelkan! Gerutu Narita dalam hati.
----
Sejak kejadian itu, Narita jadi menjauh dari Endri. Setiap Endri menyapanya, ia selalu buang muka. Setiap Endri sms, tidak di balas, ditelfon, di acuhkan. Setiap nawarin buat pulang bareng atau berangkat bareng, Narita hanya bilang ‘no thanks’. Meskipun dalam hati, Narita merasa tidak enak dengannya yang selalu baik terhadap dirinya.Sosok Endri, yang terkenal pinter, baik, ramah tamah. Tapi ternyata… dia seorang ‘gay’?? Kata-kata itu terus terlintas di pikiran Narita.
From: Endri
Gue tunggu di kampus taman belakang,
jam 4 sore nanti. Gue harap lo bisa dateng.
Gue akan nungguin lo sampe lo dateng!
Jam terus berputar. Sekarang jarum jam menunjukkan tepat pukul sembilan belas lewat lima puluh menit.
Ia akan menemuinya!
Sesampainya di taman belakang kampus. Ia tidak melihat seorang pun disana, yang di lihat hanyalah lampu-lampu yang menyala, menyinari pohon-pohon dan bangku taman, karena hari juga sudah gelap.
“Aku tau, kamu pasti bakalan dateng!” tiba-tiba suara itu muncul dari balik Narita.
Narita sontak kaget saat mengenali suara tersebut. “Endri?”
“Ya iyalah, siapa lagi?”
“Kirain aku….”
“Kirain apa? Udah balik? Aku kan bilang, aku bakalan nunggu sampe kamu dateng. Udah empat jam nih aku nungguin kamu, sampe badanku di gigitin nyamuk!”
“Maaf, aku kira kamu cuman bercanda tadi!”
“Aku cuman mau bilang, kalo aku… sayang sama kamu, Nar. Sebenernya aku udah mau ngomong dari kapan tau, tapi kamu malah terus ngehindar!”
“Kamu serius?”
“Niko? Maksud kamu? Aku engga ngerti!”
“Bukannya kamu sama Niko itu… pacaran?”
“Hah? Gila kali ya kamu? Aku tuh masih normal! Mana mungkin aku pacaran sama cowok macem Niko gitu?! Gila kali ya aku kalo sampe kaya gitu?!!”
“Tapi….”
“Tapi apa? Yang di bangku taman tempo hari? Ya ampun, Nar, waktu itu Niko lagi latihan buat drama nanti, dan aku cuman jadi percobaan buat latihannya dia. Itu aja!” jelas Endri.
“Kenapa gak bilang dari kemarin sih? Aku kan jadi gak enak sama kamu.”
“Kamunya juga gak nanya. Terus, gimana nih jawaban yang tadi?” Endri mulai penasaran.
“Jawaban yang mana?”
“Itu… aku sayang sama kamu, Naritaaa!”
“Umm… iya aku juga sayang sama kamu!”
“Yes!!” Endri langsung memeluk Narita erat.
“Aduh… jangan kenceng-kenceng dong! Gak bisa nafas tau!”
“Hehehe… kamu kalo lagi marah lucu yaaa…”
“Iiiihhh… Endriii!!!”■