Tampilkan postingan dengan label story of Mayra and Jodi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label story of Mayra and Jodi. Tampilkan semua postingan

A Choice


“Kau habis menangis, Mayra?

Aku menggeleng pelan. “Tidak, mataku baru saja—”

“Kelilipan?” potongnya cepat. “Alasan klise, Mayra!”

Kutarik senyum tipis, sangat tipis hampir tidak terlihat. “Sudahlah, Ray!”

“Jodi?” tanyanya membuatku terkejut demi mendengar pertanyaannya. Mengapa Ray tiba-tiba saja bisa menyebutkan nama laki-laki itu? Kulihat Ray menatap mataku penuh selidik. “Kau memikirkan Jodi bukan?” tanyanya lagi.

Read more...

Red Cover and Gold Ribbon

“Sekarang apa yang ingin kau lakukan? Kau tidak bisa membohongi perasaanmu sendiri, Mayra!” suara Nayla menyentakkan aku dari lamunan.

Aku mengangkat wajah dan menghela napas panjang. Sengaja aku mengajaknya bertemu di kafe karena aku tahu pastilah Nayla juga sudah mengetahui tentang hal ini, tentang pernikahan Jodi dan Ghina. Dan dugaanku tepat, Nayla juga menyembunyikannya dariku. Karena terus aku desak, akhirnya Nayla mengakui kalau ia memang sudah tahu lama mengenai Jodi yang akan menikahi Ghina. Lagi-lagi dadaku terasa sesak jika nama wanita itu disebut. Sesak karena emosi yang yang tak dapat digambarkan, dan tak dapat diukur tingkatan emosinya—begitu sesak.

Kualihkan lagi pandangan mataku pada sebuah undangan bercover merah dan berpitakan  kuning keemasan itu. Cantik sekali. Seharusnya nama wanita yang tertulis indah di atas sana adalah namaku, bukan nama wanita itu. Seharusnya yang menjadi pengantin wanitanya adalah aku. Yang sepantasnya hidup mendampinginya adalah aku. Dan semua segala hal tentang dirinya adalah aku yang pantas! Ah, mikir apa sih aku ini? Tidak seharusnya aku berpikir seperti itu. Memangnya aku siapanya? Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya sekarang. Jadi tidak perlu aku seperti ini.

Read more...

You're The One

Mayra! Wait, Mayra!

Kurasakan tanganku diraih kuat. Aku mendengus kesal. Ada perlu apa lagi ia mengejarku seperti ini? Bukankah sejak hubungan kami berkahir, ia tidak pernah angkat bicara? Lalu, mengapa secara tiba-tiba ia mengejarku seperti ini? Sungguh aneh!

Wait a sec, Mayra!” cegahnya.

Aku tidak langsung memutar tubuhku untuk berhadapan dengannya. Sengaja aku tidak ingin menampakkan wajahku sekarang di hadapannya.

Is he yours now? Apa kau dengan laki-laki itu berhubungan?” tanyanya tanpa basa basi.

Read more...

Love Is Crazy

Karena Nayla yang terus mendesakku untuk menceritakan yang sebenarnya tentang hubunganku dengan Jodi, akhirnya aku pun bercerita padanya. Tentang pertengkaran itu, keseharian di kantor setelah pertengakaran terjadi, kata-kata bijak yang diberikan Santi untukku, dan masih banyak lagi hal yang terjadi setelah hubunganku dengan Jodi berakhir. Semua itu kuceritakan secara detail pada Nayla, agar ia tidak penasaran lagi.

Broke up exactly!” aku membenarkan kata-kata Nayla.

Nayla menghela napas panjang, matanya menyelidik. “Mau sampai kapan kau akan seperti ini, Mayra?” tanyanya dengan nada gelisah.

Aku menanggapi dengan mengangkat kedua bahuku. “Entahlah, mungkin aku dan dia sudah tidak akan bisa bersama lagi. Toh, sekarang aku jadi bisa leluasa dengan laki-laki di luar sana. Dia pun juga begitu, hubungannya dengan Ghina tidak akan—”

Read more...

Love Only Isn't Enough

“Bagaimana kencan hari ini? Um, menyenangkan? Oh… sungguh tadi yang kulihat itu sungguh kencan yang sangat romatis!”

Mayra, come on!

Dahiku berkerut, berpura menatapnya heran. “Uh, huh? What do you think ‘bout a woman such as her? Sexy? Romantic? Or something like a bit…

Stop it, Mayra!

Why must stop? I like talk too much!

“Mayra—”

“Umm… tadi sih sempat kulihat, wanita itu mencium pipimu dengan mesra, menggandeng tanganmu dengan manja, menjatuhkan kepalanya di bahumu penuh lelah, dan… yah, itu sungguh sangat terlihat romantis sekali. Patut kucoba nantinya, aku akan berterima kasih pada wanita itu telah memberikan pembelajaran yang sanga berharga!”

Read more...

Love Is....

Love is…

Love is blind. Love is crazy. Love is a choice. Love is difficult to understand. Love is everything. Love is your life.

Sejujurnya aku juga agak sulit mendefinisikan tentang cinta itu sendiri. Dari yang sudah kusebutkan sebelumnya, mungkin semuanya benar, cinta itu buta, cinta itu gila, cinta itu sulit dimengerti, cinta itu segalanya, cinta itu adalah hidupmu. Without love, what can we do? We can’t do nothing.

Aku sudah merasakannya sendiri. Semula kata-kata yang tidak pernah aku percaya, tapi aku jadi mempercayainya, karena aku sendiri yang merasakan kata-kata itu.

Love at first sight.

Read more...

Am I Dreaming?

My God! I’m not dreaming, right? He is walking over here!

Aku menolehkan kepalaku ke kanan, ke kiri dan ke belakang. Tidak kudapati seorang  pun yang duduk di sekitar mejaku, tentu saja tidak ada, karena aku duduk di sudut kafe. Dan aku baru menyadari satu hal, kalau kafe sangat sepi sekali pagi ini! Dan kalau dihitung-hitung… hah? Hanya ada aku berdua dengannya? Dengan laki-laki itu?!

Astaga. Mengapa jantungku jadi berdebar begitu cepatnya? Aku tidak benar-benar sedang bermimpi kan? Mungkin kalau sedang berada di dalam sebuah film, pasti langkah panjang laki-laki itu di-slow motion sehingga orang-orang yang menonton film itu pasti akan menarik senyum. Tapi sayangnya, saat ini kami tidak sedang berada di dalam sebuah film. Ini nyata, jalannya tidak diperlambat. Dan tidak ada yang tersenyum pada kami.

Dia…

Read more...

You

You!

Kau, yang kulihat dari kejauhan membuat bibirku menarik seulas senyum. Kau membuat hati ini terasa sangat nyeri seperti tertusuk pisau tajam. Bukan semata-mata rasa sakit yang kurasakan, tapi sebuah perasaan yang entah mengapa sangat sulit sekali dimengerti oleh logika.

Am I in love?

Denganmu? Tapi bagaimana mungkin bisa? Aku baru saja sekali melihatmu. Kita tidak saling mengenal. Mungkin kau tidak sadar kalau saat ini aku sedang melihatmu, memandangimu dari sini sembari terus tersenyum. Ah, seperti orang gila saja aku ini.

What's your opinion?

Read more...
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya