Cahaya kemerahan telah tampak dari arah mata angin di sebelah timur. Matahari mulai menampakkan dirinya di udara pagi nan sejuk ini.
Sedikit sinar memasuki ruangan pengantin yang telah mengijabkan kobulnya sebulan yang lalu tepat jatuh di mata Diki. Ia mengerjapkan matanya. Perlahan ia membukanya. Kedua bola matanya memutar, menyapu ruangan. Kepalanya menoleh, dan melihat sosok wanita yang tidur di sebelahnya dengan seksama. Diki langsung tersentak kaget. “Hah? Ji-Jiwa?” matanya terbuka lebar, seakan tidak percaya melihat sosok seorang gadis yang tidur disebelahnya.
Ia bangkit dari tempat tidur dan melihat sekelilingnya sekali lagi. Ia memukul-mukul pipinya. Apa dia mimpi? Kenapa dia sekarang ada… di sebelah, Jiwa? Banyak pertanyaan yang menghampiri otaknya.