Kenangan

Tak bisa lagi kuungkapkan dengan kata-kata bahkan untuk kata yang paling sederhana saja sudah tak tahu lagi harus berkata apa. Rasa rindu akan kehangatan peluknya, senyum manisnya, kelembutan belaiannya, kasih sayangnya, dan segala sesuatu yang telah kami lewati dan lalui bersama kala itu benar-benar tak akan bisa dengan mudahnya terlupakan begitu saja.

Banyak orang bilang hatiku seperti batu, begitu keras, begitu sulit untuk dicairkan. Mereka hanya tidak tahu apa-apa, karena mereka hanya melihatku pada sisi yang terlihat. Mereka hanya tidak tahu kalau hatiku yang sesungguhnya begitu rapuh. Sudah banyak patahan-patahan yang membuat diri ini sendiri sulit untuk menghadapi segala hal, segala cobaan dan rintangan yang Tuhan berikan.

Naif! Munafik! Ya, memang itu diriku. Aku begitu naif! Aku begitu munafik! Aku selalu bersembunyi di balik penampilanku yang banyak orang bilang aku ini suka sekali bicara, menyenangkan, menjengkelkan, periang, dan lain sebagainya, yang mana yang telah mereka lihat bukanlah diriku yang sebenarnya. Hey, itu hanya topeng!

Sudah 10 tahun kulalui tanpa kata kami dan kita. Sudah 10 tahun lamanya aku harus bisa meyakinkan diriku sendiri kalau aku adalah orang yang paling beruntung di dunia dan aku mensyukuri akan hal itu. Sudah 10 tahun lamanya kulalui hari-hariku tanpa suara yang kurindukan sampai saat ini.

Kenangan.

Hanya kenangan-kenangan yang menemaniku saat ini setelah 10 tahun berlalu. Hanya air yang terus mengeluarkan diri dari pelupuk mata yang menemani. Hanya sesak yang setia berada di dada. 

Kenangan.

Aku ingat betul setiap kenangan yang telah kita dan kami lalui bersama. Aku tahu, itu hanya kenangan lalu, mengingatnya hanya akan membuat hati pilu, membuat haru, dan semakin membuat hati ini menjadi kian rapuh.

Aku rindu. Rindu padamu. Ibu. Aku rindu padamu, Ayah. Aku rindu akan kehadiran Ibu dan Ayah di sisi kanan dan kiriku. Aku rindu setiap kata-kata yang keluar dari Ibu dan Ayah. Aku rindu akan setiap kehangatan dalam tatapan dan pelukan Ibu dan Ayah. Aku rindu akan setiap kenangan yang selama ini hanya bisa menemaniku.

Kenangan.

Aku hanya punya kenangan.

Aku? 
Kuat?
Hah, kata siapa?

Aku ini lemah!
Aku hanya wanita yang lemah dan rapuh!

Read more...

Upaya Mengurangi Kemacetan Ibu Kota


Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menulis ini, sejak saya mendengar berita di televisi dan beberapa artikel di internet yang menyangkut tentang diturunkannya harga tiket Commuter Line atau yang biasa disebut atau disingkat dengan CL. Sejak mengetahui hal tersebut, tiba-tiba terlintas sebuah opini dari penulis amatir yang masih belajar untuk terus memperbagus tulisan-tulisannya ini, sebuah opini yang cukup atau sedikit masuk di akal (mungkin).

Tentunya sudah beberapa dari pembaca mengetahui harga tiket CL yang diturunkan, yakni untuk lima stasiun pertama tarif CL dikenakan Rp. 2.000,- dan untuk tiga stasiun selanjutnya tarif dinaikkan sebesar Rp. 500,-. Menurut saya, dengan turunnya harga tiket CL ini merupakan salah satu dampak positif untuk mengatasi keruwetan transportasi di Ibu Kota yang membludak bak ikan teri di dalam bak. Penuh dan Padat, sehingga menimbulkan sebuah masalah yang mana sudah tak asing lagi. Kemacetan.
Kemacetan di Ibu Kota bukanlah lagi hal yang asing, melainkan hal yang sudah sangat bersahabat sekali dengan kita. Luasnya daratan Ibu Kota beserta ruas jalan yang ada dengan banyaknya volume kendaraan di dalamnya tidaklah sebanding, ini merupakan salah satu dampak penyebab kemacetan, di mana volume kendaraan lebih banyak dari ruas jalan yang disediakan.

Sebetulnya banyak sekali upaya yang dapat direalisasikan untuk mengurangi kemacetan Ibu Kota, tetapi kali ini saya hanya akan membahas tentang turunnya tarif CL. Menurut saya, dengan turunnya tarif CL dapat mengurangi kemacetan Ibu Kota. Mengapa saya katakan demikian? Karena, otomatis pengguna CL akan meningkat, itu berarti akan ada berkurangnya pengguna bus, mini bus, mikrolet, dan segala angkutan umum lainnya yang tidak menggunakan jalur kereta yang mana tarifnya telah naik hampir 50% (dan itu akan sangat terasa untuk masyarakat kecil). Dan, itu memang sudah terbukti, bahwa pengguna CL kini meningkat dari sebelum turunnya tarif CL (saya mengetahui hal tersebut dari berita televisi).

Tetapi, menurunkan tarifnya saja tidaklah cukup, bagaimana jika banyaknya pengguna CL dengan kereta yang tersedia tidak berbanding lurus? Nah, untuk itu, seharusnya pemerintah lebih sedikit dapat berpikir lagi kalau menurunkan tarifnya saja tidaklah cukup, perlu penambahan gerbong CL lebih banyak lagi agar adanya keseimbangan antara pengguna dengan alat transportasinya. Jika gerbong bertambah, maka bertambah pula penggunanya.
Ah, mungkin saya ini terlalu sok tahu untuk memberikan opini macam begini, tapi kalau tidak saya utarakan opini saya ini, saya akan terus kepikiran, “Kapan share opininya?” akan selalu timbul pertanyaan itu jika saya tidak menuliskan dan share opini saya yang masih sangat amatiran ini.

Sekian opini dari seorang penulis amatir yang masih selalu berpikir.
Read more...

Ini BBM Bukan BBG!

Beberapa hari yang lalu, semua orang orang dan semua media ramai membincangkan soal kenaikan BBM bersubsidi dan solar, ada yang pro, ada juga yang kontra, tetapi pasti lebih banyak ke kontra karena hampir semua pengguna kendaraan bermotor menggunakan BBM bersubsidi untuk menjalankan kendarannya (padahal banyak mobil atau motor bagus dan mewah, tetapi bahan bakar malah menggunakan yang bersubsidi, CIH!!).

Well, seiring dengan naiknya BBM, otomatis harga segala sesuatunya juga akan naik, seperti sayuran, buah-buahan, dan sebagainya pun akan naik, karena untuk mengangkut semua itu pastilah menggunakan kendaraan bermotor, bukan jamannya lagi yang menggunakan kerbau atau yang berhubungan dengan penggunaan jasa hewan. Hampir semua transportasi umum naik. Ya, hampir. Berarti tidak semuanya ongkos naik, bukan? Contohnya bus Transjakarta.

Bus Transjakarta adalah salah satu transportasi umum yang tarifnya masih Rp. 3.500,- masih harga normal seperti biasanya (walaupun ada isu untuk menaikkannya menjadi Rp. 5.000) sebenarnya tidak masuk akal juga kalau harga bus Transjakarta ini naik, toh semua armada Transjakarta bukankah menggunakan BBG alias Bahan Bakas Gas? Memangnya BBG naik juga? Bukankah yang naik BBM? (Minyak! Bukan gas!). Tetapi semoga saja usulan atau isu tentang kenaikan tarif Transjakarta hanya angin lewat saja, karena saya adalah salah satu pengguna sejati bus Transjakarta.

Jikalau memang benar nantinya tarif bus Transjakarta akan naik, saya adalah orang pertama yang menyumpah serapah kepada orang yang mengambil keputusan yang menurut saya sangat absurd sekali itu. Ini tentang dan persoalan kenaikan harga BBM, Pak/Bu, bukan BBG! Sudah sangat jelas BBM dan BBG itu jauh berbeda, wong dari tulisannya saja sudah berbeda antara M dan G, antara minyak dan gas. Mungkin para pemberi usulan yang berencana menaikkan tarif bus Transjakarta aharus kembali lagi ke bangku sekolah dasar atau bahakan ke taman kana-kanak agar bisa membedakan antara huruf M dan G, dan antara kata Minyak dan Gas.

Well, sebenarnya ini hanya unek-unek seorang penulis saja yang terkadang suka tidak habis pikir dengan  mindset para pemerintah dan bagaimana cara mereka mengartikan sebuah arti kepemimpinan yang bijaksana. Seharusnya mereka dapat memahami arti mendalam dari sebuha kalimat "Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat"
Read more...

SNMPTN dan SBMPTN 2013

Isu tentang keputusan SNMPTN 2013 bukanlah menjadi hal yang baru bagi para siswa/i di sekolah juga di kalangan masyarakat luas. Suatu rencana yang mengundang pro dan kontra untuk hal tersebut memberikan segala argumentasinya. Berbagai macam pemikiran berbeda dituangkan dalam sebuah forum-forum yang telah disediakan untuk menampung segala argumentasi yang ada (tidak dalam bentuk forum juga, lebih ke dalam komentar post). Tetapi, sekarang bukanlah lagi suatu rencana, melainkan keputusan yang sudah diresmikan dan sudah ada di halaman resmi SNMPTN.

Setelah membaca Kata Pengantar yang saya baca dari situs resmi SNMPTN sampai akhir dari informasi umum yang diberikan itu, saya dapat mengambil sebuah pemikiran tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif dari keputusan tersebut. Dimulai dari penjelasan SNMPTN 2013.

Keputusan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang biasa disebut SNMPTN tahun ini memiliki perubahan (lagi). Ini merupakan seleksi nasional dengan menyaring calon mahasiswa baru melalui prestasi akademik (termasuk nilai UN), yaitu dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi-prestasi akademik lainnya (termasuk tingkah laku). Dan, jalur ini tidak dikenakan biaya sama sekali untuk calon mahasiswa baru yang akan mendaftar/terdaftar. Semua biaya pendaftaran akan ditanggung oleh pemerintah.

Dampak Positif
Dengan adanya perubahan SNMPTN 2013 ini, semakin banyak peluang untuk siswa/i berprestasi di sekolah untuk dapat masuk ke PTN yang mana juga ditunjang dengan biaya yang dikeluarkan tidak banyak, bahkan tidak dipungut biaya sama sekali dalam pendaftaran SNMPTN yang berarti lebih bisa sedikit menguntungkan siswa/i. Selain itu dengan memanfaatkan hasil UN pun sangat menguntungkan untuk siswa/i, karena dengan hasil UN yang menjadi salah satu persyaratan mengikuti SNMPTN membuat siswa/i tidak perlu lagi mengikuti tes tulis.

Dampak Negatif
Tidak hanya dampak positif saja yang dapat diambil, tapi juga ada dampak negatif yang disebabkan oleh hal tersebut, yaitu untuk siswa/i yang prestasinya kurang di sekolah. Siswa/i yang kurang prestasinya, pastilah akan sangat gelisah dan kebingungan jika ia tidak dapat mengikuti SNMPTN. Lalu, akan banyak dan ada kecemburuan sosial di kalangan siswa/i yang notabene tidak berprestasi dengan siswa/i berprestasi.

Untuk mengatasi dampak negatif yang ada dari perubahan tersebut, pemerintah mempunyai solusinya, yaitu dengan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disingkat dengan SBMPTN. SBMPTN tidaklah banyak jauh berbeda dengan SNMPTN tahun lalu. Adanya SBMPTN ini sangat membantu siswa yang tidak dapat mengikuti SNMPTN masih dapat mengikuti seleksi ini. Selain itu, dengan SBMPTN juga dapat membantu siswa lulusan tahun lalu yang tidak dapat PTN  tetap bisa ikut seleksi di tahun sekarang ini.

Sebenarnya, SNMPTN dan SBMPTN sama saja seperti tahun kemarin, yang membedakan hanyalah sebuah penyebutannya saja, Jalur Undangan yang sekarang berubah menjadi SNMPTN, dan SNMPTN itu sendiri sekarang menjadi SBMPTN. Juga yang membedakan hanyalah penanggungan biaya pendaftaran SNMPTN tahun ini yang ditanggung oleh pemerintah.

Yang terpenting bukanlah dari mana seleksi yang akan diikuti, tapi yang terpenting adalah bagaimana usaha dan doa seseorang dalam mencapai sebuah tujuan dan cita-citanya yang ingin dicapai. Sepintar apa pun seseorang jika tidak adanya akhlak baik yang menunjang tidak akan bisa mencapai cita-citanya. Begitupun sebaliknya, ketika akhlak baik tidak ditunjang dengan usaha yang sungguh-sungguh akan menghasilkan sebuah pekerjaan yang sia-sia dan tidak bermakna. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. 

Read more...

FTV Sekilas

Gue enggak tau harus mulai cerita dari mana, karena kejadian itu bener-bener bikin gue cengar-cengir sendiri.

Well, pukul 05.15 gue udah bangun dari tidur yang cukup panjang. Iya, cukup panjang, karena hal ini jarang terjadi, jadi gue bangga banget bisa tidur di bawah pukul 12 malem! Wih. Back to the topic, sebelum gue beranjak dari tempat tidur, gue ngumpulin nyawa dulu kurang lebih tiga menit buat buka laptop (kebiasaan sih ya bangun dari tidur yang dicek pertama kali itu HP dan laptop). Wah, ternyata di Skype banyak chat yang masuk dan beberapa panggilan masuk yang tak terjawab juga. Sempet sih gue senyum-senyum sendiri ada chat masuk dari seseorang, cuman gue langsung sadar diri aja. Iya, sadar diri.

Setelah nyawa gue udah terkumpul kembali dan mempunyai kekuatan untuk beranjak dari kasur, gue pun berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan tidak lupa juga untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Selesai shalat subuh, gue sama temen gue... Oh, ya, gue lupa ngasih tau kalau ada temen gue yang nginep di rumah gue buat ikut gowes bareng ke Senayan.

Selesai siap-siapnya, gue pun segera berangkat dengan beberapa orang, adek gue yang cowok yang namanya Titus, sepupu gue, Mas Iyut, temen gue, Darma, dan beberapa orang lagi.

Pertama gue ke Bunderan HI dulu, ngaso-ngaso sebentar di tempat biasa ngaso, depan Plaza Indonesia, sebelum melanjutkan lagi perjalanan menuju Gelora Bung Karno, Senyan, gue udah janjian sama dua temen gue yang lainnya untuk janjian ketemuan di HI. Gue BBM deh temen gue yang namanya Nopi yang biasa dipanggil Imut atau Marmut (enggak tau dan enggak ngerti juga gue kenapa namanya bisa diganti jadi begitu) anak yang baru aja diwisuda sama Universitas Negeri Jakarta, dengan gelaar D-3 Elektronika.

Gue segera BBM Imut, Jadi sepedaan lu?

Tiga menit kemudian sebuah balasan masuk, Udh d tugu tani

Gue balas dengan cepat kilat, Gue di HI nih, depan PI

Semenit... belum dibales.

Lima menit... belum dibales


Read more...

Selamat Tinggal

Kamu harus tahu, sepertinya aku sudah begitu lelah menunggumu yang tak kunjung datang. Hatimu terlalu keras dan egois, kamu tidak pernah mau melihat apa yang sudah ada di depan matamu, kamu selalu saja melihat ke belakang yang jelas-jelas tidak akan pernah lagi ada di depan.

Sempat berpikir aku ingin mencapai garis finish bersamamu, tapi entah mengapa semua pikiran itu seketika sekarang menjadi berubah dan hilang. Aku tidak ingin sendiri. Aku tidak ingin menunggu lagi. Aku hanya ingin yang pasti.

Dan, kini aku sudah mulai mencintai dan menyayangi seseorang yang hatinya sudah ada di depan mataku, untuk apa aku menyia-nyiakannya? Mata dan hatiku masih belum buta untuk soal cinta. Aku tahu, kalau ini memang sedikit terdengar agak gila. Tapi, apa salahnya jika aku mencoba?

Aku berterima kasih padamu, karena mencintaimu, aku pun bisa mengerti tentang cinta yang tidak bisa hanya terpaku. Aku pun harus membuka lembaran baru, meski sedikut pilu, tapi demi ketenanganku, aku tidak ingin lagi menunggu.

Terima kasih.

Selamat tinggal.
Read more...

Dan Kau Harus Memilih.


Menunggu dan terus menunggu memang ternyata menyakitkan. Semua terjadi di luar dugaan. Dan, belum pernah kurasakan sebelumnya. Hingga akhirnya kumengerti arti semua yang ada.

Kuakui, mungkin aku terlalu buta, buta akan cinta, cinta yang tak seharusnya kurasakan, perasaan yang harus berujung dengan kesakitan. Tapi, bukankah cinta butuh pengorbanan? Bukankah cinta butuh kepastian? Bukankah semua yang ada perlu dibuktikan?

Lupakan.

Aku terlalu lemah. Segala sesuatu terlihat memerah. Segala sesuatunya terlihat begitu ambigu. Mungkin karena aku terlalu lugu? Atau mungkin karena aku terlalu dungu? Bias saja karena aku terlalu malu.

Mungkin.

Well… aku terlalu bodoh karena aku tak pernah bisa dan tak pernah mau untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya padanya. Bagaimana mungkin bisa aku mengungkapkannya kalau Dia masih saja selalu memikirkan seseorang yang sudah lama, bahkan hampir dua tahun lamanya sudah tidak pernah menjalin hubungan lagi? Aku tidak ingin hal yang sudah susah payah kupertahankan―maksudku, aku tidak akan pernah mengatakan perasaanku yang sebenarnya padanya karena hal itu akan membuatku semakin jauh darinya―harus berakhir dengan hubungan yang tidak kuinginkan. Dan, sungguh aku tidak menginginkan hal itu sampai terjadi.

Aku memang gila, bagaimana tidak? Sudah tak dapat lagi aku menghintung waktu lamanya aku menunggu Dia. Dia yang saat ini hanya mengisi relung hatiku, memegang kunci pintu hati yang ingin sekali rasanya kurampas dan kukeluarkan dirinya dari dalam ruang itu dan menggantikannya dengan orang lain, yang mana yang pasti lebih pasti.

Waktu berlalu…

Kucoba untuk melawan perasaanku sendiri. Kudobrak pintu itu dengan sekuat tenaga yang terkumpul. Pintu pun akhirnya terbuka dengan sedikit kerusakan di kenopya. Dengan cepat kuraih kunci pintu yang masih di genggaman Dia dengan paksa. Kutarik lengannya keluar secara perlahan, dan berkata padanya, “Maaf, kurasa kau sudah terlalu lama mengurung dirimu di sini, dan kuharap kau segera pergi, karena aku sudah terlalu lelah menunggumu yang tak kunjung memberikan tanda dan kepastian.” Sempat kudengar Dia menjawab, “Bagaimana mungkin aku memberi kepastian kalau kau sendiri tidak pernah mencoba untuk mengatakannya padaku?” Seketika aku kembali menciut. Lengannya di genggamanku terlepas perlahan dan aku berpikir kembali.

Yeah, mungkin aku tidak pernah mengatakan yang sebenarnya kepada dirinya, tapi satu hal yang telah kuketahui, bahwa cinta tidaklah memerlukan lidah untuk berkata-kata, melainkan mata yang berbicara.

Dan, akhirnya tetap kupaksa Dia keluar dari dalam ruang yang terlihat begitu indah dan rasanya sudah lama sekali tak kulihat pemandangan indah itu. Lalu, beberapa saat setelah Dia pergi, seseorang berkata di belakangku, “Bolehkah aku yang menggantikan dirinya?” aku pun menoleh. Aku beku. Tak dapat berkata. Lalu orang itu berkata lagi, “Biarkan aku masuk dan mengunci pintu hatimu, tapi tenanglah, aku tidak aka pernah mengambil kunci itu dari tanganmu, karena kutahu, kau yang berhak menentukan atas segala pilihanmu.” Dan, seketika kedua sudut bibirku terangkat. Aku pun membiarkannya masuk ke dalam ruang indah itu.

Walaupun memang jejak Dia yang sudah pergi masih membekas di dalam ruangan, aku akan tetap berusaha untuk meyakini perasaanku, bahwa jejaknya akan hilang.

Hidup adalah sebuah pilihan.

Dan kau harus memilih.
Read more...
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya