Back!

Heyaaa, I'm back!

Sudah hampir sebulan saya tidak posting di blog (maklum banyak kegiatan belajar di sekolah *hehe). Saya sangat merindukan sekali saat-saat saya menulis cerita-cerita pendek atau melanjutkan cerita novel. Tapi, sudah hampir sebulan ini saya sama sekali tidak menyentuh laptop sama sekali. Saat saya buka kembali, ooh betapa amat sangat merindukannya laptop ini!

Dan, rencananya, mulai besok... ah, atau mungkin hari ini saja, saya akan mulai menulis lagi cerita yang sudah  terlalu banyak menyangkut di otak, tinggal saya tuangkan saja di laptop ini dan tentunya dengan senang hati saya akan post ke blog ini. Ditunggu saja ya :)

Semoga, semua yang apa sudah saya post di blog saya ini dapat diterima dengan baik oleh orang-orang yang berkunjung, dan juga harapan saya untuk para pengunjung jika sedang membaca tulisan yang saya post dapat memberikan inspirasi/motivasi atau semacam itu, karena saya akan sangat senang jika tulisan-tulisan saya disenangi banyak orang.

Well, itu saja yang saya ingin sampaikan.

Welcome back to your own Blog, Dessy Amalya!
Read more...

Wingko, Mommy!

“Ah, Jenny! Terima kasih banyak karena kau sudah mau membantuku untuk merencanakan ini semua,” ujar Rain sembari merangkul Raina.

Aku hanya membalas dengan tersenyum.

“Membantumu?” tanya Raina yang tampak tidak mengerti.

Raina mengangguk, lalu bibirnya dihiasi seringai kecil. “Ya, begitulah. Sebenarnya, aku di sini dan kita bertemu itu sudah direncanakan oleh Jenny. Jenny bilang kalau kau selalu murung sejak terakhir kita bertemu, kau selalu saja tidak fokus dengan pekerjaanmu—”

“Jenny?” potong Raina cepat, ia memandangiku penuh selidik.

Read more...

May I Hug You?

“Kenapa kau mau begitu saja dijodohkan dengannya, Raina?” tanya papa.

Aku menarik senyum tipis. “Karena aku tahu, pilihan orang tua itu pasti benar, setidaknya sudah melihat dari segala aspek yang Mama dan Papa inginkan untuk menjadi pendamping hidupku nantinya,” jelasku.

Mama dan papa berbarengan mengernyitkan kening, menatapku penuh heran. “Benarkah?” tanya mama.

Aku mengangguk.

Papa menimpali, “Jadi… selama ini—selama hampir dua puluh lima tahun kau tidak pernah mempunyai kekasih itu karena… kau menunggu kami untuk menjodohkanmu?” mata papa menyipit.

Aku bergumam sejenak, dengan seringai kecil di bibir, aku menjawab, “Ya, begitulah.”

Read more...
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya