So Surprised!

Michael

"It's not that simple, Mike!" suara Zahra mulai meninggi, aku langsung menanggapinya dengan diam, karena aku tau maksudnya--memintaku untuk diam dan tidak lagi menyela atau menyambung lagi atas ucapannya.

Yah, aku lakukan itu. Sekarang aku hanya diam, mataku menatap matanya dalam dan tajam, aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, mungkin ini agak sedikit nekat, tapi kalau aku tidak segera kulakukan ini padanya, ia tidak akan terus terang.

Wajahnya kini terlihat semakin takut dan merah. Tanpa berpikir panjang lagi, dengan cepat kilat kudekatkan wajahku dan bibir kami saling bertemu dan menyatu.

So surprised!

Pasti itulah yang dirasakannya sekarang. Kujauhkan lagi wajahku dan menatap matanya lembut. Kuraih wajah yang bersinar itu dengan kedua tanganku. "Kumohon, Za. Jujurlah dengan perasaan kamu sendiri... aku tahu, aku tahu kalau kamu juga nggak bisa menahan perasaan itu lebih lama lagi bukan? Aku sayang sama kamu, Za... aku mau terus sama kamu..."

"Mike, please...!"

"Zahra, please!" kuberanikan diri untuk memotong pembicaraannya lagi, "Percaya sama aku, ini semua akan baik-baik saja, kita jalani dulu..."

Zahra menghela nafas berat, dan aku juga mengikutinya. Tuhan, kuharap dia akan mengerti dan jujur dengan perasaannya itu, karena bagaimanapun juga, aku ingin mendengarnya langsung dari bibirnya.

Kini matanya menangkap mataku dengan gelisah, aku bisa mengerti kegelisahan yang dirasakannya, karena aku juga merasakan hal yang sama dengannya sekarang.
"Harus sampai kapan kita akan backstreet dari orangtua kita?"

Aku terbelalak mendengar tanggapannya. Bukankah itu berarti... "Sampai kita tidak mampu lagi menyembunyikannya..."

Zahra menghela nafas lagi. Samar-samar kulihat perlahan ia menarik senyum indah dan lembut di bibirnya itu. Oh, Tuhan! Betapa tenang hatiku sekarang ini. Thanks, God, for gave me a really beautiful girl to me. I'm really really deeply fallin' for her!!

Langsung kulingkarkan kedua tanganku ke lehernya dan menarik kepalanya hingga jatuh tepat di atas dadaku. Kurasakan kedua tangannya mulai melingkari tubuhku.

Yah, aku juga tahu, ini salah dan ini tidak sepantasnya dijalani. Tapi, aku akan terus berjuang sampai titik darah yang akan menghilang dari tubuhku ini.
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya