17 tahun!!

Hampir satu bulan ini gue nggak dibolehin keluar sama Mama, gue nggak tahu alesannya apa. Tapi demi Tuhan, itu ngeselein banget! Hellooo... gue udah gede kali, gue udah 17 tahun! Gue udah punya KTP. Gue juga punya kehidupan di luar sana, bergaul sama temen-temen gue. Tapi kenapa sih kayanya Mama tuh over protective banget sama gue? Apa karena gue anak perempuan satu-satunya dia?

Astaga, please deh ya. Kalau memang benar karena gue anak perempuan satu-satunya, itu benar-benar alasan yang nggak dimasuk akal buat gue. Gue bisa kok jaga diri gue sendiri. Gue juga punya hak kali mau ngelakuin apa yang gue mau. Tapi kenapa gitu Mama selalu aja ngelarang ini, ngelarang itu? Capek tahu!

"Well, you have to know, Ta. Your mom was right!" kata Lia dengan nada 'sok' bijak.


"Oh, jadi lo berpihak sama nyokap gue nih?"

"Bukannya begitu, Ti. Tapi nyokap lo itu memang bener. Coba deh lo inget, kapan terakhir kalinya lo pulang tepat waktu?"

Kapan terakhir kalinya gue pulang tepat waktu? Kedua bola mata gue langsung berputar saat ditanya seperti itu sambil bergumam kecil. "Kurang tahu deh gue," jawab gue sekenanya.

Lia menghembuskan napa kecil. "Lo itu terlalu sering pulang malem, Ta. Bukan sering lagi, bahkan lo itu sekarang pulang sekolah malem terus. Coba deh lo pikirin kalau lo di posisi nyokap lo. Lo pasti khawatir kalau anak lo itu nggak pulang-pulang, ya kan?"

"Ya, tapi kan gue juga punya kehidupan sendiri dengan temen-temen gue, Li. Memangnya salah kalau gue main sama mereka?"

"Bukan masalah salah atau enggaknya, Ti. Lo boleh main dan bergaul sama mereka, tapi inget waktu juga... sekarang gini aja deh, apa pantes anak sekolah selalu pulang di atas jam sembilan malam? Gue rasa enggak pantes banget. Apa kata orang-orang di luar sana? Apa kata para tetangga lo ngelihat lo kayak begitu? Pasti mereka mikir yang bukan-bukan tentang lo, Ti. Dan yang kena jeleknya juga itu pasti keluarga lo sendiri..."

"Ssshhh...!" gue cepet-cepet menyergah ucapan Lia. "Lo ngomong panjang banget sumpah! Nggak mudeng gue," ujar gue sambil geleng-geleng kepala.

Lia ikut geleng-geleng kepala. "Lo itu ya, dikasih tahu yang bener malah kaya gitu," decak Lia heran.

Yah, memang sih terkadang gue suka berpikir tentang hal yang satu itu. Apa kata para tetangga nanti tentang gue kalau gue pulang malem terus? Tapi... ya sudahlah, hidup-hidup gue ini. Mereka nggak tahu apa-apa, jadi  mereka nggak berhak buat nge-judge gue yang aneh-aneh.

Gue sudah 17 tahun!!

They do they own life, and so do I.
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya