Misunderstood

Dua minggu lamanya sudah tak ada pesan masuk yang special dari si doi, dan hal itu benar-benar membuat Ayu jadi uring-uringan sendiri. Tidak seperti biasanya ia bersikap sepertti itu.

Begitu juga sebaliknya dengan cowok satu ini yang penggila Valentino Rossi, Tora. Tidak biasanya ia jadi sering melamun dan galau hanya karena ingin mengirim pesan ke mantan kekasihnya itu. Selama dua minggu lamanya ini juga, dia tak bisa makan, tak bisa minum, tidur pun tidak.

Ayu:
Well, gue nggak tahan kalo lama-lama ngerasa kayak gini ke Tora. Gue kangen, aaah! Sumpah nggak bohong, gue bener-bener kangen sama dia!
 
Tora:
Sms... nggak? Sms... nggak? Sms... nggak? Sms... ng...??? What the fuck banget deh sama otak gue sekarang! Kenapa gitu tinggal sms dia aja susah banget? Tinggal tanya aja, 'lagi apa yu?' atau 'apa kabar yu?' gitu kan bisa! Kenapa rasanya berat sih? Tapi... kalo misalnya nggak dibales gimana? Kalo gue dikacangin gimana? Kalo nomor gue ternyata udah diapus dari kontaknya gimana? Kalo... aaah! Bisa gila gue lama-lama kalo kayak gini terus!

Dan, seperti itulah setiap harinya, dilanda kegalauan tingkat dewa dewi di langit ketujuh sana. Selama dua minggu juga di sekolah, mereka tak penah tatap muka, tatap mata, tatapan! Wow! Bisa seperti itu? Tahan seperti itu? Tentu saja tidak! Mana mungkin hubungan yang sudah hampir setahun dijalani dapat dilupakan begitu saja?

Tora:
Kayaknya gue harus berbuat sesuatu deh! Gue nggak bisa kayak gini, pasti ada penjelasan, pasti ada! Gue harus bisa mempersiapkan diri gue...! Duh, gue ini lebay banget deh ya?! Mau ngomong atau sms dia aja pake segala perlu buat mempersiapkan diri, dikira gue mau ngelamar dia apa?!


Ayu:
Apa gue aja yang harus sms dia duluan? Tapi... kalo misalnya nggak di bales gimana? Kalo gue dicuekin gimana? Kalo nomor gue udah diapus dari kontaknya gimana? Kalo... aaaah! kalo emang begitu, pasti gue bakal sakit hati banget! Tapi... masa iya sih dia ngapus nomor gue? Masa iya secepat itu dia lupa sama gue? Gue aja susah!


Semakin galau dan gundah gulana sajalah mereka berdua. Tidak ada yang ingin memulai terlebih dahulu di pihak masing-masing. Kalau seperti itu terus, bagaimana masalah bisa terselesaikan? Bagaimana mau memperbaiki hubungan? Bagaimana mau bertemu?

Tora:
Oke, seharusnya gue sebagai lelaki sejati, gue harus berani! Gue harus gantle! Gue harus lebih dulu ngehubungin dia! Tinggal sapa 'hai' terus tinggal ajak ketemuan, dan bicarain baik-baik, pasti masalah akan jelas dan beres! Hubungan gue bisa balik kayak dulu lagi...!

Ayu:
Apa dia nungguin telepon dari gue? Tapi... ah, ya udahlah, kayaknya gue memang harus yang hubungin dia duluan deh...!

Beralih ke Tora. Di dalam kamarnya, Tora uring-uringan sendiri karena mantan kekasihnya itu sulit sekali dihubungi. Selalu saja operator yang menjawab "Nomor yang anda tuju sedang sibuk..." dan, klik. Tora langsung memutuskan kembali dan mencoba menghubunginya kembali untuk yang kesekian kalinya.

Ayu:
What the hell!! Kenapa sibuk terus sih nomornya? Sibuk teleponan sama siapa sih? Dari tadi masih aja sibuuuuk terus! Apa jangan-jangan lagi teleponan sama cewek barunya lagi? Aaaah! Jangan! Tora nggak boleh pacaran sama orang lain!

Tora:
Sumpah deh, Yu! Kamu tuh lagi ngapain sih? Kenapa dari tadi aku hubungin nomor kamu sibuuuuk terus? Kamu lagi sibuk teleponan sama siapa sih? Apa jangan-jangan kamu udah dapet pengganti baru aku? NO! Itu nggak boleh terjadi! Ayu nggak boleh jadian sama siapa-siapa kecuali, GUE!

Beralih ke Ayu. Di dalam kamarnya, Ayu merunduk. Ponselnya dilempar ke atas kasur. Entah, sudah putus asa rasanya ia tidak bisa menghubungi cowok satu itu. Ingin rasanya ia berteriak, tapi tak bisa, ingin rasanya menangis, tapi tak keluar air mata.

Beralih ke Tora. Di dalam kamarnya, Tora duduk lesu. Sudah putus asa ia menghubungi Ayu yang terus saja sibuk. Sepertinya harapannya pupus, bertepuk sebelah tangan, mungkin Ayu memang sudah tidak menginginkannya lagi. Kini ia benar-benar menyesal karena sudah mengakhiri hubunganya secara sepihak saja. Dan kalau dipikir-pikir hanya karena hal sepele, hanya karena hal yang... memang amat sangat sepele!

Tora:
Hm... okelah ya, tapi bagaimanapun juga, Ayu kan cewek, nggak mungkin dan memang nggak akan mau dia ngelakuin hal kayak gitu. Cewek kan sifatnya sensitif, harus cowok melulu yang duluan. Tapi... ya udahlah nggak pa-pa. Gue akan lakuin apa pun demi hubungan gue kembali! Gue nggak mau Ayu sama cowok lain! Gue nggak mau!

Ayu:
Tapi... gue nggak boleh nyerah! Demi hubungan gue kembali, gue akan melakukan apa pun! Nggak peduli orang nganggep apa gue nantinya, tapi gue memang harus ngelakuin ini. Gue nggak mau Tora sama yang lain! Gue harus kerumahnya! Gue. Harus. Ke rumahnya!

Dan...

BRAK!!
BRUK!!
AW!!
ADUH!!
DAMN IT!!

Ayu mengangkat kepalanya saat seseorang menabrak keras sepedanya hingga membuatnya terjatuh dan membuat kaki dan tangannya lecet.

"TORA?!" jerit Ayu, tak sangka akan mendapatkan cowok itu di hadapannya sekarang ini.

"AYU?!" Tora tak kalah histeris dari Ayu.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Tora langsung mengulurkan tangannya dan membantu Ayu untuk bangkit.

"Kamu nggak pa-pa kan, Yu?" tanya Tora panik.

"Nggak pa-pa gimana?! Liat nih, tangan sama kakiku lecet-lecet gini! Sakit tau!"

"Ya ampun, aku minta maaf, bener-bener deh minta maaf. Tadi nggak terduga banget pas mau tikungan!"

"Ya, ya, ya, aku tau dan kamu nggak perlu minta maaf, salahku juga tadi buru-buru ngayuh sepedanya. Oh iya, kamu tadi teleponan sama siapa sih? Lama bangat kayaknya. Sama cewek baru kamu ya?"

"Hah? Teleponan? Cewek baru? Kapan? Aku nggak teleponan sama siapa-siapa kok, dan nggak ada cewek baru! Ngaco deh kamu!"

"Apaan sih?! Jelas-jelas tadi aku terus neleponin kamu dan operator teruuus aja jawab kalo kamu sibuk!"

"Aku itu nggak teleponan sama siapa-siapa! Justru aku sibuk neleponin kamu tau! Dan operator juga bilang kalo kamu lagi sibuk!"

"Nggak mungkin! Pasti kamu lagi ngobrol sama orang lain tadi di telepon!"

"Sumpah, Yu! Aku nggak ngobrol sama siapa-siapa!"

"Wait! Tadi kamu bilang..."

"Astaga! Berarti tadi kita..." Tora menggantung kalimatnya sejenak. "Gimana telepon kamu atau aku mau nyambung? Wong kita sama-sama lagi berusaha nelepon! Sampe mati juga nggak akan ketemu-ketemu!"

"Iya ya bener juga kamu. Bodoh banget deh kita!" Ayu terkekeh.

"Tapi... tadi kamu mau ke mana, Yu? Kok kayaknya buru-buru banget?"

Ayu diam sejenak. "Tadi karena aku telepon kamu , kamunya sibuk terus, dan aku kira kalo kamu lagi teleponan sama cewek lain, aku takut! Makanya aku mau ke rumah kamu buat mastiin dan juga mau bicarain hubungan kita yang ancur ini baik-baik."

"Oh ya? Aku juga, tadi niatnya aku mau ke rumah kamu gara-gara kamu ditelepon sibuk terus, dan itu membuat aku takut!"

Mereka tertawa kekeh bersama. Merutuki betapa bodohnya diri mereka masing-masing.

...

"Kamu apa kabar, Yu?" tanya Tora yang akhirnya memecahkan keheningan yang ada.

""Hm... baik kok, kamu sendiri?" tanya Ayu balik.

"Ya, seperti yang kamu lihat sekarang ini," jawabnya sembari merentangkan tangannya sedikit.

"Aku..." ujar mereka bersamaan, lalu mereka tertawa kecil.

"Kamu dulu deh, ladies first!" kata Tora.

"Udah basi! Udah nggak ada kata-kata ladies first lagi dalam kamus aku! Kamu duluan, biar gantleman!"

Tora mengernyit. "Oke... aku... jujur, selama dua minggu ini aku nggak bisa makan, nggak bisa minum, nggak bisa tidur, pokoknya nggak bisa apa-apa karena aku kepikiran kamu terus, Yu..."

Ayu memiringkan kepalanya sedikit.

"Oke, aku minta maaf karena waktu itu udah mutusin kamu secara sepihak begitu aja. Nggak seharusnya aku ngelakuin itu."

"Kamu nggak perlu minta maaf kayak gitu, Tor. Aku juga salah. Kamu tau nggak?"

Tora mengeleng.

"Aku kira waktu kamu nanya lebih milih kamu atau Yamaha itu cuma bercanda, makanya aku jawab Yamaha. Tapi, justru kamu malah nganggep itu beneran, ya aku jadi shock dapet pemutusan secara tiba-tiba kayak gitu..."

"Bercanda? Kenapa kamu nganggepnya bercanda?"

"Ya lagi kamu ada-ada aja deh, masa iya ngasih pilihan konyol gitu ke aku? Memangnya aku mau pacaran sama Yamaha? Orang aku cuma maunya sama kamu. Aku kira kamu bercanda, makanya aku juga bercandain balik!"

"Astaga, Ayu...! Justru aku ngira waktu kamu bilang kalo kemungkinan kamu nggak akan suka lagi sama aku itu beneran! Makanya aku ngasih pilhan ke kamu kayak gitu buat ngyakinin, kamu bercanda apa nggak?!"

"Ya mana mungkin! Lagian kenapa kamu nggak bisa bedain mana yang bercanda sama mana yang bukan coba? Dan inget! Aku suka sama kamu bukan karena waktu itu kita sama-sama suka sama Rossi. Tapi aku memang bener-bener suka sama kamu!"

"Iya... aku tau kok." suara Tora melembut.

Dan... ha ha ha mereka menertawai diri mereka sendiri. "MISUNDERSTOOD!!" ujar mereka bersamaan. Betapa bodohnya!
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya