Yamaha or Me?

"Aku denger-denger sih katanya Rossi mau pindah ke ducati gitu, Tor," ujar Ayu yang pada saat itu sedang asik menyeruput Cappuccino yang baru saja dipesannya.

"Ya... terus kenapa emangnya kalo Rossi pindah ke ducati? Toh, kalo selama dia masih bisa main bagus di ducati nanti, aku akan tetep terus dukung Rossi kok. Jelas-jelas aku ini penggemar beratnya dia," sahut Tora.

"Tapi, coba deh kamu pikir. Selama di Yamaha kan Rossi bagus mainnya. Kalo dia pindah ke ducati terus nanti kalah terus gimana?"
"Well, menang atau kalah itu bukan tujuannya seorang pembalap, Sayang..."

"Ya, tapi masa iya kamu sebagai penggemar beratnya diem aja sih? Masa nggak ada getol-getolnya gitu?"

Tora langsung tergelak demi mendengar ucapan Ayu yang seperti itu. "Kamu ini mah ada-ada aja sih, Yu?! Udahlah, itu bukan urusan penting! Rossi mau pindah ke ducati kek, balik ke honda kek, ke kawasaki kek, it is not matter for me! The whole point is Rossi is the best racer ever!"

"Tapi, aku sukanya Rossi di Yamaha!" bantah Ayu.

Kedua alis Tora yang tebal itu bertaut heran melihat ekspresi wajah yang dikeluarkan kekasihnya itu. "So what?"

"Ih! Kamu nggak ngerti banget sih? Aku itu cuma mau Rossi di Yamaha! Titik!"

"Wait! Jadi... maksud kamu... sebenernya kamu itu suka sama Rossi cuma karena dia ada di Yamah gitu?" tanya Tora tak yakin.

Ayu bergumam, "Iya, emangnya kenapa? Salah?"

Tora terbelalak. "Masa sih?! Serius cuma karena Yamaha aja? Nggak ada yang lain? Kayak misalnya dia ganteng buat kamu atau apa gitu?" tanyanya sekali lagi untuk lebih meyakinkan.

Ayu mengangguk yakin. "Ya iyalah! Yamaha kan selalu di depan dan terdepan!"

Tora terkekeh. "Kamu aneh banget deh, Yu. Masa iya suka sama Rossi hanya karena dia ada di Yamaha? Jadi, kalo emang bener nanti Rossi pindah ke ducati, kamu jadi nggak dukung Rossi lagi, gitu?"

"Hmm... kayaknya sih gitu!

Tora melongo.

"Tapi, kan masih ada Lorenzo!" Ayu menarik senyum penuh arti.

"Masa sih kamu mau dukung dia? Nggak salah?"

Ayu menggeleng. "Aku nggak akan suka lagi sama Rossi!"

"Kalo sama aku? Apa kamu juga nggak akan suka lagi sama aku?"

Ayu mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau deh," jawabnya santai.

"Kok gitu sih, Yu?"

"Ya, kan aku udah bilang kalo aku cuma dukung Yamaha aja, bukannya para pembalapnya. Itu kan cuma buat perhiasan product aja tau!"

"Kamu udah gila ya, Yu?"

"Gila kenapa sih? Biasa aja kok."

"Tapi, masa iya kamu tadi jawabnya 'nggak tau deh' pas aku tanya apa kamu juga nggak akan suka sama aku?!"

"Ya... aku emang nggak tau, Tora!" Ayu mulai geram.

"Hah? Kenapa nggak tau? Jadi kamu nerima aku cuma karena kita sama-sama suka Valentino Rossi gitu?"

Ayu mengangkat kedua bahunya. "Maybe..."

"Sinting!"

"I'm not!"

"Yes, you are!"

"I've told you I am not!"

"Oke, kalo gitu, sekarang kamu pilih mana, Yamaha atau Valentino Rossi?"

"Definitely Yamaha!"

"Oke, aku tetep Valentino Rossi!"

"Maksud kamu apa sih, Tor?"

"Yah... kamu lebih milih Yamaha kan?"

"Aduh! Udah deh nggak usah bertele-tele!" desak Ayu.

"Kamu pilih aku atau Yamaha?"

Ayu langsung terdiam demi mendengar petanyaan itu. "Umm... ya... ma... ha. Yamaha!"

"WHAT??!! Jadi... kamu lebih milih Yamaha dibandingkan aku? Gila kamu ya?!"

"Tapi..."

"Nggak ada tapi-tapian!" potong Tora cepat. "Sekarang aku tahu alasan kamu nerima aku karena apa. Hanya karena aku juga suka sama Rossi! Bener-bener nggak nyangka aku bakalan dapet jawaban seperti itu dari kamu, Yu! Aku tuh serius suka sama kamu! Kenapa sih kamu kok malah tega mainin aku?"

"Apa-apaan sih? Siapa coba yang mainin kamu?!"

"Ya udah pasti kamu! Kamu itu gila! Kamu lebih milih sebuah product dibandingkan seorang manusia!"

"Tapi..."

"Oke, kalo memang begitu. Kita akhirin aja hubungan kita sampai di sini!"

"Kamu ngaco deh ngomongnya!"

"Aku nggak ngaco! Kita... putus!" Dan Tora pun berlalu begitu saja dari hadapan Ayu.

Ayu hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Hubungannya? Berakhir? Sampai di situ saja? Ayu benar-benar tidak habis pikir. Mengapa bisa secepat itu Tora mengambil keputusan? Dan... hanya karena soal sepele! Tuhan, benar-benar deh Tora membuat pikiran Ayu kacau balau tak karuan seperti ini.
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya