Am I Dreaming?

My God! I’m not dreaming, right? He is walking over here!

Aku menolehkan kepalaku ke kanan, ke kiri dan ke belakang. Tidak kudapati seorang  pun yang duduk di sekitar mejaku, tentu saja tidak ada, karena aku duduk di sudut kafe. Dan aku baru menyadari satu hal, kalau kafe sangat sepi sekali pagi ini! Dan kalau dihitung-hitung… hah? Hanya ada aku berdua dengannya? Dengan laki-laki itu?!

Astaga. Mengapa jantungku jadi berdebar begitu cepatnya? Aku tidak benar-benar sedang bermimpi kan? Mungkin kalau sedang berada di dalam sebuah film, pasti langkah panjang laki-laki itu di-slow motion sehingga orang-orang yang menonton film itu pasti akan menarik senyum. Tapi sayangnya, saat ini kami tidak sedang berada di dalam sebuah film. Ini nyata, jalannya tidak diperlambat. Dan tidak ada yang tersenyum pada kami.

Dia…

“Hey, sendirian?”

MY GOD!! Ia berbicara padaku? Aku menolehkan kepalaku lagi ke seluruh penjuru ruangan. Tapi, tidak kudapati satu pun orang selain aku dan dia. Kutunjuk diriku sendiri. Lalu laki-laki itu mengangguk seraya duduk di hadapanku. Aku sempat melongo demi melihat ia duduk di hadapanku. Aku tidak boleh salah tingkah di hadapannya sekarang ini!

Okay, calm down, Mayra! Just take it easy!

Kuanggukkan kepalaku sambil menarik senyum yang mungkin akan terlihat sangat memaksa. “Iya. Kau sendiri?” aku balik bertanya.

Apa aku terlihat seperti orang yang sedang kebingungan saat ini? Semoga saja tidak!

Ya Tuhan! Senyumnya itu… sungguh, sangat bisa membuat hatiku melting setengah mati! Dan… ia mengulurkan tangannya! Apa ia ingin berkenalan denganku?

“Jodi.”

Aaah! Benar ia mengajakku berkenalan! Sungguh, jantungku kini berdebar tiga kali lebih cepat dibandingkan yang sebelumnya! Dulu, setiap aku melihatnya, hal pertama yang terlintas di otakku hanyalah, siapa namanya? Dan rasanya ingin sekali aku mengajaknya untuk berkenalan. Dan, sekarang aku sudah tahu namanya! Jodi. Ya, Jodi namanya!

Sungguh, benar-benar di luar dugaanku! Cinta itu memang gila! Ups, cinta? Aku atau dia? Yah, aku yang mencintainya. Apa itu terlalu spesifik jika aku sudah menyebutnya dengan perasaan cinta? Tapi, itulah yang memang kurasakan selama ini. Aku jatuh cinta padanya, pada pandangan pertama!

Speechless!

“Hey!”

Aku tersentak dari lamunanku mendengar laki-laki di hadapanku mencoba menyadarkanku dengan tangannya yang dilambaikan tepat di depan wajahku. Tangannya kembali disodorkan padaku, dan aku membalasnya.

“Mayra.”

Dan sekarang aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa memandanginya masih dengan tatapan yang sangat sulit dipercaya. Apa benar laki-laki yang sekarang duduk di hadapanku adalah seseorang yang selama ini aku perhatikan dan selalu kupandangi? Atau ia hanya jelmaan saja, atau…

“Kenapa menatapiku seperti itu?”

Aku tersentak lagi, aku salah tingkah! God, help me to act properly in front of him!

“Ah, ti-tidak… kalau kulihat-lihat… um, kafe sepertinya sepi sekali ya?”

Laki-laki itu… ah, maksudku Jodi. Ia tertawa kecil. “Kau baru menyadarinya?”

Aku hanya bisa tertawa kekeh. Aduh, sangat klise!

“Um, kau sering datang ke sini kan? Aku sering melihatmu…”

Oh, No! Ia bilang sering melihatku? Berarti selama ini yang kupikir ia tidak pernah melihatku, ternyata salah besar. Sangat salah besar!

“Dan setiap aku melihatmu, kau pasti duduk di sini. Sepertinya kau suka sekali ya duduk di sudut seperti ini?” Ia juga memperhatikanku? Dan ia hafal kalau aku selalu duduk di sini? Ingin sekali rasanya aku berteriak dan berjingkrak-jingkrak dengan gembiranya!

Cinta itu memang sulit sekali dimengerti!
“Iya, aku sering ke sini. Aku suka tempat di sudut seperti ini, karena aku dapat melihat seisi kafe, juga—”

Belum sempat kulanjutkan kata-kataku, Jodi sudah dengan cepatnya memotong, “Aku?” ia tertawa kecil.

Jantungku rasanya ingin berhenti saat ini juga! Napasku cukup tercekat demi mendengar tebakannya itu. Mengapa ia bisa dengan percaya diri menebak ‘aku’? Tapi memang benar sih. Aku harus bagaimana? Aku tersentak setengah mati kagetnya. Aku tergagap, entah apa yang harus aku jawab.

This is insane, exactly!

Aku malu!

Hendak menanggapi kata-katanyanya, lagi-lagi Jodi sudah melanjutkannya terlebih dulu, seakan ia tahu dan bisa membaca pikiranku. “Maaf, kalau tebakanku salah. Aku teralalu—”

“Um, ti-tidak, kau tidak salah!” selaku cepat.

Ups! Langsung kubekap mulutku sendiri. Aku berkata apa tadi? Apa yang sudah kukatakan padanya? Damn! Dengan nada yang tergagap? Tuhan, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana di hadapannya saat ini.

Jodi menyunggingkan senyum di bibirnya. Senyumnya… oh… senyumnya… sungguh senyumnya itu memang benar-benar bisa membuat hatiku meluluh!

“Berarti tebakanku tidak sepenuhnya salah kan?” tanyanya dengan penuh keyakinan.

Aku terbelalak sejenak, lalu aku hanya menganggukan kepalaku sedikit. Duh, orang ini percaya dirinya tinggi sekali! He has a high confidence!

Aku menghela napas panjang, lalu kuhembuskan perlahan. Mencoba menjernihkan pikiranku saat ini.

“Maaf kalau lancang. Tapi, aku bisa menebak seperti itu… karena, sering sekali aku mendapatimu sedang memperhatikanku. Mungkin karena kau terlalu sibuk dengan melamun, sampai-sampai kau tidak menyadari, kalau terkadang aku melihatmu juga.”

Ah, lagi-lagi aku harus speechless seperti ini. Ternyata dugaanku salah. Jadi, selama ini ia menyadarinya? Ia menyadari kalau selama ini aku memperhatikannya?

Just calm down, Mayra! Hadapi dengan senyuman, dan jangan berbicara gagap! Okay, I will. “Oh, ya? Mungkin memang aku sedang sibuk melamun tentang…” aku mengatup sejenak bibirku, lalu melanjutkannya lagi dengan ragu. “Dirimu,” aku terkekeh mengucapkan kalimat terakhir itu. Kini jantungku berdegup kencang lagi, semoga Jodi tidak mendengarnya. “Jadi aku tidak sadar kalau kau melihatku juga.”

Aduh, pipiku terasa sedikit memanas, apa pipiku merah? Kalau memang benar, tolong jangan sampai Jodi mengetahuinya, malu aku!

Aku tidak akan pernah bosan berkata, senyum yang Jodi berikan itu benar-benar paling bisa membuatku luluh!
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya