Love Is....

Love is…

Love is blind. Love is crazy. Love is a choice. Love is difficult to understand. Love is everything. Love is your life.

Sejujurnya aku juga agak sulit mendefinisikan tentang cinta itu sendiri. Dari yang sudah kusebutkan sebelumnya, mungkin semuanya benar, cinta itu buta, cinta itu gila, cinta itu sulit dimengerti, cinta itu segalanya, cinta itu adalah hidupmu. Without love, what can we do? We can’t do nothing.

Aku sudah merasakannya sendiri. Semula kata-kata yang tidak pernah aku percaya, tapi aku jadi mempercayainya, karena aku sendiri yang merasakan kata-kata itu.

Love at first sight.

Kata-kata itu mungkin sudah amat sangat tidak asing lagi. Ya, itulah kata-kata yang semula sulit aku percaya, karena dulu aku beranggapan 'love at first sight is absolutely bullshit!' bagaimana bisa kita langsung mencintai seseorang yang baru saja kita lihat dan baru saja kita kenal?

From eyes down into heart.

Yep, tepat sekali. Dari mata, turun ke hati.

Cinta itu memang benar-benar sangat sulit sekali untuk didefinisikan. Tapi aku tetap percaya, kalau cinta itu memang sangat dibutuhkan dalam hidup. Tanpa cinta, apa yang bisa kita lakukan? Kita tidak akan bisa melakukan apa-apa. Percaya atau tidak, tapi itulah kenyataanya.

Sekarang ini, sulit rasanya bagiku untuk menahan senyum di bibir setiap ingat akan kejadian itu. Mungkin aku masih selalu bertanya, am I dreaming? Tidak, aku sedang tidak bermimpi! Ini nyata! Laki-laki yang aku cintai duduk di hadapanku sekarang ini.

Aku tersentak saat Jodi menyentuh tanganku. “Ah, tidak apa-apa,” jawabku sembari menarik tersenyum.

“Terkadang wanita itu sulit sekali ya untuk dimengerti. Salah satunya kau, Mayra.”

Kedua alisku berkerut heran. “Aku? Memangnya, apa yang sangat sulit kau mengerti dari diriku?”

“Kau itu selalu saja melamun, di mana dan kapan saja kalau kau sedang bersamaku, pasti kau selalu melamun. Apa sih yang selalu terlintas dipikiranmu itu? Itulah yang sangat sulit aku mengerti. Kebanyakan wanita pikirannya suka berubah-ubah, entah apa yang sudah terlintas di otak mereka.”

Aku tertawa kecil mendengar argumentasi Jodi seperti itu. Bagaimana ekspresinya nanti kalau aku menjawab pertanyaannya itu? Kedua pipinya pasti akan merah merona karena malu. Aku tertawa kecil membayangkan jika memang itu benar terjadi padanya.

“Kenapa kau malah tertawa seperti itu sih, Mayra?”

Aku menghela napas, lalu tersenyum. “Mau tahu apa yang selalu terlintas di pikiranku? Terutama saat sedang bersamamu?” tanyaku. Jodi hanya menanggapi dengan menganggukan kepalanya. “Kau bisa definisikan tidak, cinta itu seperti apa?” Jodi mengernyit tidak mengerti dengan apa yang baru saja kukatakan. “Aku sendiri juga sulit untuk mendefinisikan cinta itu apa—”

To the point, Dear!” potong Jodi yang terlihat semakin tidak sabar.

Aku tertawa kecil.

Okay. Honestly, I just thinking about you. I don’t know why when I’m with you, I always ask myself, ‘am I dreaming?’ Tapi jawabannya adalah tidak, tapi aku selalu bertanya seperti itu pada diriku sendiri. Aku masih sulit mempercayai kalau kau sedang bersamaku. Yah, aku melamun, yang kulamunkan hanyalah dirimu, Jodi…”

Jodi meraih kedua tanganku, dan menempelkannya pada dadanya yang bidang. Aku dapat merasakan detak jantungnya yang berdebar begitu cepatnya, benar-benar sangat cepat, persis seperti apa yang kurasakan pada saat pertama kali Jodi berjalan mendekatiku dan mengajakku berkenalan.

Senyum Jodi semakin mengembang, membuat wajah tampannya itu semakin terlihat sangat tampan. Dan tebakanku sebelumnya sangat tepat. Kini kedua pipinya terlihat merah merona. Mata cokelatnya yang bening dan jernih itu menatap mataku dalam dan lembut.

“Dan kalau kau ingin tahu apa yang kurasakan setiap saat aku sedang bersamamu…” katanya lembut. “Inilah yang aku rasakan… kau bisa mersakannya sendiri kan?” aku mengangguk, aku benar-benar sangat bisa mersakan detak jantungnya yang berdetak begitu cepatnya. “Dan, perasaan ini juga muncul saat kali pertamanya aku memberanikan diri untuk mendatangimu, Mayra.”

Aku menarik senyum. Ternyata Jodi juga merasakan hal yang sama denganku. Kukira, waktu itu hanya aku saja yang merasakan detak jantung yang berdetak begitu sangat cepatnya and hard to control. I was wrong about that one. Mungkin kedua pipiku juga sekarang ini berubah menjadi merah merona.
 
Masterpiece © 2008 Dessy Amalya. Supported by Dessy Amalya